Jika kita boleh berkhayal, dan dalam khayalan itu kita menjadi seorang pemuda yang berwajah tampan plus badan yang gagah perkasa, memiliki harta yang melimpah, serta berasal dari keluarga yang terpandang. Tentu kita akan berpikir betapa sempurna dan bahagianya hidup kita. Lantas jika itu memang terjadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?
Nun jauh sebelum khayalan tersebut ada, ternyata ada sebuah kisah nyata terjadi di zaman Rasulullah, di zaman ketika Islam kali pertama diperkenalkan. Cerita tentang seorang pemuda bernama Mus’ab ibn ‘Umair. Seorang sahabat nabi yang tergolong asabiqunal awalun(generasi pertama yang masuk Islam).
Mus’ab ibn ‘Umair dikarunia kelebihan berupa wajah yang rupawan, berasal dari keluarga yang kaya raya lagi terpandang. Pembawaanya yang penuh wibawa, mengundang kekaguman bagi siapa saja yang melihatnya. Tak ayal, beliau pun menjadi idola para wanita. Intinya, hampir semua kelebihan dimiliki oleh seorang Mus’ab ibn ‘Umair, bahkan duniapun ibarat ada dalam genggamannya.
Sebelum mengenal Islam Mus’ab, dikenal sebagai pemuda yang luar biasa dalam berbusana. Bak seorang artis, Mus’ab bisa dikatakan sebagai salah satu trendsetter di zamannya. Segala tingkah lakunya menjadi panutan oleh para pengagumnya.
Namun, semua keadaan itu menjadi berbalik manakala beliau berkenalan dan memeluk Islam. Segala ‘keluarbiasaan dunia’ yang dimilikinya, ditinggalkan begitu saja. Dengan keyakinan akan kebenaran agama yang dibawa Rasulullah, Mus’ab ibn ‘Umair dalam sekejap berubah. Merubah kehidupan ‘glamour’-nya yang selama ini ia jalani. Tanpa ada keraguan sedikitpun, Mus’ab ibn ‘Umair bergabung bersama Rasulullah, bersusah payah berjuang menyebarkan dan menegakkan agama Islam. Luar biasa.
Andai saja, seorang Mus’ab ibn ‘Umair tidak berlaku demikian, tidak meninggalkan dunia yang ia miliki, mungkin kita tidak akan pernah mendengar cerita kegemilangan Islam di tanah Madinah. Atau jika saja Mus’ab lebih mencintai apa-apa yang dimilikinya dibandingkan dengan seruan kebenaran agama yang dibawa Rasulullah Saw, mungkin kita tidak akan pernah mendengar cerita heroiknya saat syahid di bukit Uhud.
***
Kembali ke dunia nyata. Kita mungkin tidak seberuntung seperti Mus’ab, berwajah pas-pasan, bukan berasal dari keluarga kaya lagi terhormat. Bahkan mungkin tidak pernah menjadi idola sama sekali di lingkungan kita. Tapi, kita tak perlu berkecil hati. Mus’ab ibn ‘Umair telah meneladankan kepada kita bahwa ternyata semua itu tidak ada apa-apanya. Buktinya, beliau rela meninggalkan ‘kesempurnaan hidup’ yang di milikinya, karena beliau menyadari tak ada ‘kesempurnaan’ yang lain, yang lebih baik selain menjadi seorang pembela agama Allah.
Jika seorang Mus’ab ibn ‘Umair saja rela meninggalkan semua pesona yang dimilikinya karena suara kebenaran, tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya. Maka sudah sepatutnya kita harus malu, bahkan sangat malu. Malu, mengingat ketiadaan ‘kelebihan’ yang bisa kita miliki dan pertahankan layaknya seorang Mus’ab, namun kita begitu segan dan cenderung enggan untuk mengikuti seruan-seruan kebaikan dan kebenaran dari ajaran Islam.Wallahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar