Minggu, 06 Oktober 2013

Menjaga Adab dalam Per-GAUL-an


Tentunya kita setuju, bahwa manusia ga bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Pas bayi, kita butuh tangan seorang ibu buad menyuapi makanan. Pas dewasa kita butuh pasangan buad meneruskan keturunan. Nah, pas meninggal, kita juga butuh orang lain buad mengantarkan jenazah kita ke kuburan. Ini semua menunjukkan bahwa manusia memiliki fitrah sebagai makhluk sosial. Fitrah yang mendorong kita buad selalu berinteraksi dengan orang lain. Nah, proses interaksi inilah yang disebut dengan pergaulan.
Nabi SAW pernah bersabda, “Seseorang itu tergantung pada Dien teman karibnya. Maka hendaklah tiap-tiap kalian selalu waspada dengan siapa ia berteman” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Hadits diatas menunjukkan betapa penting arti pergaulan dalam kehidupan, sehingga Islam memberikan aturan tersendiri dalam tata caranya. Nah, ini yang dikenal dengan istilah adab bergaul. Dan itu yang akan kita bahas pada BasyMagz edisi kali ini. Oke, sebelumnya kita cari tau dlu arti kata adab itu sendiri.
Secara etimologis, istilah “adab” merupakan kata serapan dari bahasa Arab, Al-Adabu, yang berarti sopan santun, budi pekerti, atau tata cara. Setelah menjadi kosakata bahasa Indonesia, maka kata “adab” artinya lebih luas lagi, bisa jadi kesopanan, kehalusan, kebaikan, dan budi pekerti (bukan budi anduk ya. hehe)
Dengan demikian yang dimaksud adab adalah semua sikap, perilaku, atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai kesopanan, kehalusan, kebaikan, dan budi pekerti. Adapun orang yang beradab adalah orang yang menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara. Orang yang mengerti adab dan senantiasa menjaga sikap dalam pergaulannya pasti akan ditemani ketenangan dan keindahan.
Tapi tak bisa dipungkiri, karna nyatanya ga semua orang mampu menjaga sikap yang indah ini. Karena latar belakang yang berbeda sering kali berpengaruh terhadap watak seseorang. Ada yang memiliki watak keras, lemah-lembut, mudah emosi, dan ada pula yang pandai mengendalikan diri. Perbedaan ini Tidak jarang menimbulkan benturan-benturan yang berujung pada percekcokan, perkelahian, atau bahkan pembunuhan (uidihhh serem amet yaa). Mengenal adab bergaul merupakan salah satu upaya buad menghindari munculnya dampak negative diatas. Dengan demikian, betapa penting bagi kita buad menata pergaulan dalam kehidupan sosial, jadi kita bisa menikmati kehidupan yang tenang, damai, dan tenteram.
Allah SWT Berfirman:
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (10). Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelar yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang fasik sesudah iman dan Barangsiapa yang Tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim(11). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah berprasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang(12). Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (13).” (QS. Al-Hujurot: 10-13)
Secara garis besar, adab pergaulan telah Allah terangkan dalam kalam-Nya yang indah jika kita buka QS. Al-Hujurot: 10-13 seperti diatas maka kita akan temukan nasihat Sang Khaliq buad senantiasa menjaga adab dalam pergaulan. Yuk mari kita kita kaji satupersatu poin penting yang harus diperhatikan dalam menjaga pergaulan. J
Tidak Mengolok-olok
Ini nih, salah satu tabiat buruk manusia, memandang rendah orang lain yang memiliki kekurangan, baik dari segi fisik, materi, kedudukan sosial, delele. Coz orang beriman Tidak akan melihat orang lain berdasarkan itu semua. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya yang paling Mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling Bertaqwa diantara kalian” (QS. Al-Hujurot: 13)
Coba kita ambil contoh yang sering terjadi sekarang banyak keributan yang terjadi disekitar kita. Kira kira apa coba penyebabnya..??? yups, kebanyakan gara gara aksi antar kelompok yang saling mengunggulkan kelompoknya dan merendahkan kelompok lain. Karena itulah Allah mengingatkan kita buad menjauhi dan meninggalkan perbuatan tersebut.
Tidak Mencela
Pada prinsipnya, mencela hampir sama dengan mengolok-olok. Keduanya termasuk perbuatan yang dilarang oleh Allah. Bedanya, mengolok-olok timbul karena melihat kekurangan orang lain. Kalo mencela lebih ditujukan kepada orang yang berbuat baik. Biasanya sikap ini muncul karena rasa iri atau Tidak senang terhadap orang yang bersangkutan. Misalnya, mencela orang yang bersedekah dalam jumlah yang kecil, dsb.
Tidak Memanggil dengan Panggilan Buruk
Nyang dimaksud panggilan buruk adalah panggilan atau gelar yang bikin orang lain ga senang. Kemudian dia kecewa karena ga dihargai, ga dihormati, dan mersa direndahkan citra dirinya.
Makanya, manggil nama orang pake laqob yang disenanginya. Karena selain dapat membuat hatinya senang, juga sebagai bentuk rasa hormat yang merupakan syarat penting dalam pergaulan. Orang akan merasa dihormati bila dipanggil dengan panggilan yang baik. Misalnya yang lebih muda memanggil “kak” kepada yang lebih tua. Sebaliknya yang lebih tua menyapa dengan panggilan “dik” kepada yang lebih muda. Atau seseorang yang selalu memberi nasehat dipanggil “ustadz” meski orang itu tidak berceramah secara formal dalam ta’lim.
Jauhi Su’u Zann
Zann atau prasangka adalah penilaian seseorang terhadap sesuatu. Kalo digabungkan dengan Su’ maka prasangka ini condongnya kearah negative. Prasangka pada dasarnya merupakan pengetahuan naluriah setiap manusia. Ketika seseorang melihat sebuah kenyataan diluar dari kebiasaan maka akan timbul dugaan meski belum ada bukti yang kuat. Sebaiknya, kita ga usah ngungkapin sesuatu yang masih bersifat dugaan. Karena apabila dugaan telah diucapkan dan didengarkan oleh orang lain, maka bisa dipastikan dugaan itu akan cepat menyebar meski belum ada bukti yang memperkuat. Nah lho..! ngerumpi deh jadinya. J
Tidak Tajassus
Mencari kesalahan orang lain atau yang disebut Tajassus adalah upaya mencari tahu (bukan mencari bakso. J) tentang sesuatu (yang sebenarnya Tidak ingin diketahui banyak orang) dengan cara diem diem, atau bahasa gaulnya adalah memata – matai. Dan orang yang memata-matai disebut JassJus eh salah maksudnya Jassus. Padahal Rasul SAW. Bersabda: “Hai orang yang beriman dengan lidahnya, tapi belum masuk pada hatinya! Janganlah kalian meneliti kecacatan mereka (sesama Muslim). Karena barang siapa yang meneliti kecacatan seorang muslim, maka Allah akan meneliti kecacatannya. Dan barang siapa yang diteliti kecacatannya oleh Allah, maka kecacatannya akan dibukakan ditengah keluarganya sendiri.” (HR. Abu Dawud)

Tidak Ghibah
Uahh ketemu lagi nih sama yang namanya ghibah, yang udah baca buletin edisi sebelumnya pasti sudah tau apa itu ghibah. Tapi biar lebih afdhol ta ingetin lagi aja ya apa itu ghibah. Ghibah secara bahasa berarti fitness ( red. Baca FITNAH ), umpatan atau gunjingan. Rasulullah SAW menjelaskan kepada para sahabat tentang ghibah bahwa seseorang yang melakukan ghibah adalah orang yang menyebutkan sesuatu yang dibenci dari saudaranya, yang kemudian dijelaskan lagi dengan sabdanya “jika yang engkau katakana tentang saudaramu itu benar maka engkau telah menggunjingnya dan jika Tidak benar maka engkau telah berdusta atasnya” (HR. Muslim)
Setidaknya ada enam poin yang sangat penting buad kita perhatikan dalam menjaga pergaulan, baik dengan keluarga, tetangga, teman di campus, dirumah atau di tempat kerja, dan bahkan teman interaksi yang belum pernah kita lihat, hehhe (teman FB, Twitter, dan sosmed lain). Tak ada hikmah dari menghidupkan sunnah kecuali ukhuwah akan tertanam lebih indah, nafas kehidupan semakin terarah dan akan lebih mudah, jika kita sama-sama melangkah menjaga ukhuwah demi cinta dan ridha Allah yang Maha Indah. Uhibbukum fillah Ikhwah…. ^_^
Wallahua’lam | niet_za

Referensi
Adab Bergaul, Ahmad jaeni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar