Tentunya kita setuju, bahwa manusia ga bisa hidup tanpa
bantuan orang lain. Pas bayi, kita butuh tangan seorang ibu buad menyuapi
makanan. Pas dewasa kita butuh pasangan buad meneruskan keturunan. Nah, pas meninggal,
kita juga butuh orang lain buad mengantarkan jenazah kita ke kuburan. Ini semua
menunjukkan bahwa manusia memiliki fitrah sebagai makhluk sosial. Fitrah yang
mendorong kita buad selalu berinteraksi dengan orang lain. Nah, proses
interaksi inilah yang disebut dengan pergaulan.
Nabi SAW pernah bersabda, “Seseorang itu tergantung pada Dien teman karibnya. Maka hendaklah
tiap-tiap kalian selalu waspada dengan siapa ia berteman” (HR. Abu Dawud
dan At-Tirmidzi)
Hadits diatas menunjukkan betapa penting arti pergaulan
dalam kehidupan, sehingga Islam memberikan aturan tersendiri dalam tata caranya.
Nah, ini yang dikenal dengan istilah adab bergaul. Dan itu yang akan kita bahas
pada BasyMagz edisi kali ini. Oke, sebelumnya kita cari tau dlu arti kata adab
itu sendiri.
Secara etimologis, istilah “adab” merupakan kata serapan
dari bahasa Arab, Al-Adabu, yang
berarti sopan santun, budi pekerti, atau tata cara. Setelah menjadi kosakata
bahasa Indonesia, maka kata “adab” artinya lebih luas lagi, bisa jadi
kesopanan, kehalusan, kebaikan, dan budi pekerti (bukan budi anduk ya. hehe)
Dengan demikian yang dimaksud adab adalah semua sikap,
perilaku, atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai kesopanan, kehalusan,
kebaikan, dan budi pekerti. Adapun orang yang beradab adalah orang yang
menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara. Orang yang mengerti adab dan
senantiasa menjaga sikap dalam pergaulannya pasti akan ditemani ketenangan dan
keindahan.
Tapi tak bisa dipungkiri, karna nyatanya ga semua orang
mampu menjaga sikap yang indah ini. Karena latar belakang yang berbeda sering
kali berpengaruh terhadap watak seseorang. Ada yang memiliki watak keras, lemah-lembut,
mudah emosi, dan ada pula yang pandai mengendalikan diri. Perbedaan ini Tidak
jarang menimbulkan benturan-benturan yang berujung pada percekcokan, perkelahian,
atau bahkan pembunuhan (uidihhh serem amet yaa). Mengenal adab bergaul
merupakan salah satu upaya buad menghindari munculnya dampak negative diatas.
Dengan demikian, betapa penting bagi kita buad menata pergaulan dalam kehidupan
sosial, jadi kita bisa menikmati kehidupan yang tenang, damai, dan tenteram.
Allah SWT Berfirman:
“Orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (10). Hai
orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelar yang mengandung ejekan. seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang fasik sesudah iman dan Barangsiapa yang Tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim(11). Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah berprasangka,
karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang(12). Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal (13).” (QS. Al-Hujurot: 10-13)
Secara garis besar, adab pergaulan telah Allah terangkan
dalam kalam-Nya yang indah jika kita buka QS. Al-Hujurot: 10-13 seperti diatas
maka kita akan temukan nasihat Sang Khaliq buad senantiasa menjaga adab dalam
pergaulan. Yuk mari kita kita kaji satupersatu poin penting yang harus
diperhatikan dalam menjaga pergaulan. J
Tidak Mengolok-olok
Ini nih, salah satu tabiat buruk manusia, memandang rendah
orang lain yang memiliki kekurangan, baik dari segi fisik, materi, kedudukan
sosial, delele. Coz orang beriman Tidak akan melihat orang lain berdasarkan itu
semua. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya
yang paling Mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling Bertaqwa
diantara kalian” (QS. Al-Hujurot: 13)
Coba kita ambil contoh yang sering terjadi sekarang banyak
keributan yang terjadi disekitar kita. Kira kira apa coba penyebabnya..???
yups, kebanyakan gara gara aksi antar kelompok yang saling mengunggulkan
kelompoknya dan merendahkan kelompok lain. Karena itulah Allah mengingatkan
kita buad menjauhi dan meninggalkan perbuatan tersebut.
Tidak Mencela
Pada prinsipnya, mencela hampir sama dengan mengolok-olok.
Keduanya termasuk perbuatan yang dilarang oleh Allah. Bedanya, mengolok-olok
timbul karena melihat kekurangan orang lain. Kalo mencela lebih ditujukan
kepada orang yang berbuat baik. Biasanya sikap ini muncul karena rasa iri atau Tidak
senang terhadap orang yang bersangkutan. Misalnya, mencela orang yang
bersedekah dalam jumlah yang kecil, dsb.
Tidak Memanggil
dengan Panggilan Buruk
Nyang dimaksud panggilan buruk adalah panggilan atau gelar
yang bikin orang lain ga senang. Kemudian dia kecewa karena ga dihargai, ga
dihormati, dan mersa direndahkan citra dirinya.
Makanya, manggil nama orang pake laqob yang disenanginya.
Karena selain dapat membuat hatinya senang, juga sebagai bentuk rasa hormat
yang merupakan syarat penting dalam pergaulan. Orang akan merasa dihormati bila
dipanggil dengan panggilan yang baik. Misalnya yang lebih muda memanggil “kak”
kepada yang lebih tua. Sebaliknya yang lebih tua menyapa dengan panggilan “dik”
kepada yang lebih muda. Atau seseorang yang selalu memberi nasehat dipanggil
“ustadz” meski orang itu tidak berceramah secara formal dalam ta’lim.
Jauhi Su’u Zann
Zann atau prasangka adalah penilaian seseorang terhadap
sesuatu. Kalo digabungkan dengan Su’ maka prasangka ini condongnya kearah
negative. Prasangka pada dasarnya merupakan pengetahuan naluriah setiap
manusia. Ketika seseorang melihat sebuah kenyataan diluar dari kebiasaan maka
akan timbul dugaan meski belum ada bukti yang kuat. Sebaiknya, kita ga usah
ngungkapin sesuatu yang masih bersifat dugaan. Karena apabila dugaan telah
diucapkan dan didengarkan oleh orang lain, maka bisa dipastikan dugaan itu akan
cepat menyebar meski belum ada bukti yang memperkuat. Nah lho..! ngerumpi deh
jadinya. J
Tidak Tajassus
Mencari kesalahan orang lain atau yang disebut Tajassus adalah upaya mencari tahu
(bukan mencari bakso. J) tentang sesuatu (yang
sebenarnya Tidak ingin diketahui banyak orang) dengan cara diem diem, atau
bahasa gaulnya adalah memata – matai. Dan orang yang memata-matai disebut JassJus eh salah maksudnya Jassus.
Padahal Rasul SAW. Bersabda: “Hai orang yang beriman dengan lidahnya, tapi
belum masuk pada hatinya! Janganlah kalian meneliti kecacatan mereka (sesama
Muslim). Karena barang siapa yang meneliti kecacatan seorang muslim, maka Allah
akan meneliti kecacatannya. Dan barang siapa yang diteliti kecacatannya oleh
Allah, maka kecacatannya akan dibukakan ditengah keluarganya sendiri.” (HR. Abu
Dawud)
Tidak Ghibah
Uahh ketemu lagi nih sama yang namanya ghibah, yang udah
baca buletin edisi sebelumnya pasti sudah tau apa itu ghibah. Tapi biar lebih
afdhol ta ingetin lagi aja ya apa itu ghibah. Ghibah secara bahasa berarti
fitness ( red. Baca FITNAH ), umpatan atau gunjingan. Rasulullah SAW
menjelaskan kepada para sahabat tentang ghibah bahwa seseorang yang melakukan
ghibah adalah orang yang menyebutkan sesuatu yang dibenci dari saudaranya, yang
kemudian dijelaskan lagi dengan sabdanya “jika
yang engkau katakana tentang saudaramu itu benar maka engkau telah
menggunjingnya dan jika Tidak benar maka engkau telah berdusta atasnya”
(HR. Muslim)
Setidaknya ada enam poin yang sangat penting buad kita
perhatikan dalam menjaga pergaulan, baik dengan keluarga, tetangga, teman di
campus, dirumah atau di tempat kerja, dan bahkan teman interaksi yang belum
pernah kita lihat, hehhe (teman FB, Twitter, dan sosmed lain). Tak ada hikmah
dari menghidupkan sunnah kecuali ukhuwah akan tertanam lebih indah, nafas
kehidupan semakin terarah dan akan lebih mudah, jika kita sama-sama melangkah menjaga
ukhuwah demi cinta dan ridha Allah yang Maha Indah. Uhibbukum fillah Ikhwah…. ^_^
Wallahua’lam | niet_za
Referensi
Adab
Bergaul, Ahmad jaeni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar